Gangguan Haid Yang Harus Diketahui Wanita


Penyebab Gangguan Haid Yang Harus Diketahui Wanita. Setiap wanita memasuki fase remaja akan mengalami siklus haid atau menstruasi. Haid adalah proses yang normal pada setiap wanita yang ditandai dengan luruhnya dinding dalam rahim sehingga keluar perdarahan dari jalan lahir disertai nyeri haid. Proses haid ini diatur oleh tubuh kita oleh sebuah sistem di otak. Saat seorang wanita telah cukup dewasa, maka sistem ini telah matang dan proses haid pun berlangsung.
Siklus haid yang normal terjadi setiap 21-35 hari, dengan lama haid sekitar 4-7 hari. Namun terkadang, siklus haid ini bisa terganggu. Gangguan haid adalah kelainan yang terjadi pada siklus haid. Beberapa gangguan haid yang sering terjadi antara lain siklus haid tidak lancar, nyeri haid, pendarahan yang berlebihan dan lain-lain. Adapun penyebab gangguan haid juga bermacam-macam, misalnya, karena adanya kelainan pada organ-organ, gangguan pada mulut rahim (serviks) maupun vagina.
Gangguan haid mencakup beberapa macam jenis gangguan, seperti premenstrual syndrome (PMS), tiba-tiba tidak haid, haid yang terlalu banyak, siklus haid tidak teratur, atau haid disertai nyeri.
Berikut gangguan menstruasi yang harus wanita ketahui :
Daftar Isi
1. Dismenore
Kram dan nyeri perut ringan saat haid merupakan hal yang wajar. Namun bila nyeri tersebut sampai bisa mengganggu aktivitas harian, kondisi tersebut bisa disebut dismenore. Dismenore adalah istilah untuk sakit atau nyeri berlebihan saat haid.
Gejala dismenore
– Kram atau nyeri pada area perut bagian bawah, seperti pinggang dan pinggul
– Nyeri terasa intens dan berat, terutama di hari awal menstruasi. Nyeri juga bisa terjadi sekitar 1 sampai 2 hari sebelum hingga sepanjang haid
– Mual dan muntah
– Sembelit atau diare
– perut kembung
– Sakit kepala, sakit punggung, nyeri otot, dan tidak enak badan
Penyebab dismenore
Tergantung jenisnya, dismenore adalah kondisi yang bisa terjadi akibat terlalu tingginya kadar hormon prostaglandin atau keadaan tertentu. Dismenore dibagi menjadi dua tipe, yaitu dismenore primer dan sekunder.
Dismenore primer lebih sering ditemui. Kondisi ini terjadi karena banyaknya prostaglandin dalam tubuh. Prostaglandin merupakan hormon untuk mengontrol kontraksi dan relaksasi otot rahim untuk meluruhkan lapisan dinding rahim yang tidak dibuahi selama menstruasi. Hormon ini akan menyebabkan kram. Dismenore primer bisa terjadi sebelum hingga selama menstruasi. Kondisi ini pun cenderung menjadi ringan seiring pertambahan usia atau setelah melahirkan.
Beda dengan dismenore sekunder yang biasanya baru terjadi seiring pertambahan usia. Nyeri haid sebelumnya bisa berlangsung normal, namun berubah menjadi berat pada usia tertentu.
Dismenore sekunder disebabkan oleh kondisi yang mengganggu rahim atau organ reproduksi lain. Contohnya, endometriosis dan fibroid rahim. Nyeri pada dismenore sekunder dapat bertambah parah seiring waktu, bahkan bisa tetap berlangsung setelah menstruasi selesai.
2. Oligomenore
Oligomenore adalah suatu kondisi di mana periode haid tidak teratur. Gangguan haid ini biasanya diderita oleh wanita pada masa-masa subur. Seseorang dikatakan menderita oligomenore bila antar haid lebih dari 35 hari atau sama sekali tidak mendapat haid selama 90 hari. Seseorang juga bisa juga dikatakan menderita oligomenore bila mengalami gangguan haid seperti kurang dari 9 kali haid dalam periode setahun. Selain itu, oligomenore juga dikaitkan dengan perdarahan ringan (darah haid keluar dalam jumlah sedikit) setiap siklus haid terjadi. Perdarahan ringan tersebut bisa berlangsung dalam periode normal atau lebih lama dari 35 hari. Penyebab tersering oligomenore adalah akibat efek samping penggunaan pil KB hormonal atau bisa juga sebagai gejala dari suatu penyakit tertentu. Oleh karena itu, pengobatan oligomenore akan diberikan berdasarkan penyebabnya. Penanganan oligomenore biasanya meliputi penyesuaian gaya hidup, terapi penggantian obat dan pengobatan dari penyakit yang menyebabkan kondisi ini.
3. Menorrhagia
Gangguan haid pada Menorrhagia adalah keluarnya darah haid secara berlebihan dengan jumlah yang terlalu banyak. Seorang wanita dianggap mengalami Menorrhagia jika jumlah darah yang dikeluarkan berkisar antara 60-80 ml. Sebenarnya tidak ada patokan pasti jumlah darah menstruasi yang dikeluarkan, kisaran 30-40 ml adalah jumlah normal dan bisa berbeda pada setiap wanita.
Gejala Menorrhagia
Tanda-tanda menorrhagia berupa perdarahan yang sangat berat, sebagai parameter, bisa saja seorang wanita harus mengganti setidaknya satu pembalut setiap jam selama beberapa jam. Gejala menorrhagia yang lain meliputi perdarahan selama lebih dari 7 hari, menstruasi berat secara teratur selama 10 hari atau lebih, perdarahan berat yang tidak biasa atau dua kali haid berturut-turut.
Penyebab Menorrhagia
Penyebab Menorrhagia karena radang panggul, karena infeksi pada organ reproduksi, baik pada rahim, indung telur, atau saluran telur. Fibroid rahim juga bisa menyebabkan menorrhagea. Serta beberapa kondisi spesifik seperti endometriosis, adenomiosis, polip serviks, kanker, gangguan pembekuan darah dan gangguan lain pada ovarium. kasus menorrhagea juga terjadi akibat efek samping obat seperti NSAID, obat hormon, antikoagulan dan penggunaan pil KB.
4. Amenorea
Amenorea adalah kondisi pada wanita yang tidak haid atau menstruasi. Namun tidak semua wanita yang tidak datang bulan otomatis dianggap mengalami amenorea.Seorang wanita dianggap mengalami amenorea ketika tidak haid selama tiga bulan atau tiga siklus menstruasi berturut-turut. Wanita yang tidak mulai mendapatkan menstruasi pada usia 15 tahun juga bisa dikatakan mengalami kondisi ini. Penyebab utama amenorea adalah terjadinya kehamilan, tentu ini bukan merupakan gangguan haid. Di samping mengandung, amenorea juga bisa disebabkan oleh gangguan pada organ reproduksi atau kelainan kelenjar yang membantu mengatur kadar hormon.
5. Premenstrual Dysphoric Disorder (PMDD)
PMDD adalah sindrom sebelum haid yang melibatkan gejala fisik dan psikologis yang mempengaruhi keseharian orang tersebut bahkan bisa mengancam kesejahteraan individu.
Penyebab PMDD
perempuan dengan kondisi PMDD karena reaksi abnormal tubuh yang timbul akibat perubahan hormon menjelang menstruasi. Pengaruh hormon tersebut dapat menyebabkan kekurangan neurotransmitter serotonin yang diperlukan untuk mengontrol mood, fokus, tidur, dan rasa sakit. Diperkirakan, produksi serotonin menurun akibat fluktuasi hormon menjelang menstruasi.
Premenstrual Dysphoric Disorder (PMDD) bisa berbahaya jika sang penderita memiliki riwayat depresi pasca-melahirkan atau baby blues, gangguan mood atau depresi.
Gejala PMDD
– Kelelahan parah
– Perubahan mood, termasuk gugup, depresi, hingga kecemasan
– Menangis dan lebih peka secara emosional
– Kesulitan untuk konsentrasi
– Jantung berdebar-debar
– Masalah koordinasi
– Pelupa
– Perut kembung, nafsu makan meningkat hingga gangguan pencernaan
– Sakit kepala
– Sakit punggung
– Kejang otot, mati rasa atau kesemutan pada tingkat yang ekstrem
– Pusing
– Pingsan
– Sulit tidur
– Perubahan penglihatan dan keluhan penglihatan
– Keluhan pernapasan, seperti alergi dan infeksi.
Jika Anda mengalami gangguan haid seperti di atas, sebaiknya segera konsultasi pada dokter. Siapkan catatan tentang siklus haid Anda. Mulailah mencatat hari pertama haid sampai selesai setiap bulannya. Catatan ini akan sangat membantu dokter untuk menegakkan diagnosis. Selain itu, dokter juga akan melakukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang lain, misalnya USG, cek darah, hormon dan lain-lain. Nah uraian singkat tentang Gangguan Haid Yang harus diketahui wanita telah disampaikan di atas semoga bisa menambah wawasan bagi wanita agar lebih paha tentang haid dan permasalahannya.
Catatan: Haid = mentruasi
Baca juga: Pentingnya Vaksinasi untuk Pencegahan Penyakit